Greeting


Follow saja terus blog saya ini, mudah-mudahan ada info yang bermanfaat untuk anda

Nasi "TO" Khas Tasikmalaya

Sebagai orang yang dibrojolkan oleh ibu 30 tahun silam disini,pengetahuan saya tentang kota Tasik sungguh memalukan.Saya seperti kurang mengenal kota saya sendiri.Saya memaafkan diri sendiri atas minimnya pengetahuan tentang kota Tasik dan beralasan karena saya cukup lama ‘nyangkul’ di negri orang untuk mengais rejeki.Sebuah alasan pembelaan yang cukup konyol sebenarnya.Maka,untuk ‘mengejar’ ketertinggalan pengetahuan,saya mencoba memahaminya lewat membaca tulisan tulisan tentang Tasik dari internet atau menjelajahi sudut sudut kota ketika sedang mudik.
Ternyata pengetahuan saya tentang Tasik memang dangkal.Contoh sederhana misalnya,saat blusukan di sudut sudut kota Tasik,saya begitu banyak mendapati tulisan Nasi TO.Sungguh saya tak mengerti apa itu nasi TO,memalukan ya?
Karena merasa penasaran,maka hal pertama yang saya lakukan adalah bertanya ke Mbah Google.Dan terkejutlah saya,ternyata nasi TO (tutug oncom) itu merupakan makanan khas kota Tasik yang sedang populer.Benar benar memalukan,saya bahkan tak mengenal makanan khas kota sendiri.Rasa penasaranpun timbul,karena selama hayat dikandung badan,rasanya belum pernah mencicipi nasi TO itu.Maka berbekal referensi dari tukang andong,meluncurlah saya ke TKP yaitu sebuah warung nasi TO yang sederhana dijalan Dadaha.
Warungnya memang sederhana,tapi nyaris hampir semua kursi plastik terisi penuh.Ternyata kepopuleran nasi TO sudah menembus lintas daerah.Itu dibuktikan dengan banyaknya penikmat nasi TO yang bukan cuma warga sekitar.Bahkan banyak diantaranya yang datang dari jakarta.Sayapun memesan pemain utama yaitu nasi TO.Dan sebagai pemeran tambahan anda bisa menambahkan goreng tempe berjaket tepung,tahu atau ikan asin.Tapi percayalah,bahkan hanya dengan sambel goangpun nasi TO yang hangat mengepul itu sudah terasa nikmat.Saya sangat menyukai tendangan rasa kencur yang ditambahkan kedalam racikan nasi TO.
Btw,apa sih nasi TO itu? Nasi TO adalah nasi putih yang di tutug dengan oncom.Oncom yang berkualitas bagus dihaluskan dan dicampur bumbu dan kencur.Lalu disangrai sampai kering setelah itu dicampur sama nasi.Sangat sederhana memang,tapi dari kesederhanaan itu tercipta sensasi dahsyat dilidah,setidaknya menurut saya.Sejarah nasi TO sendiri bermula ketika negara kita dalam keadaan resesi,maka beras yang sedikitpun disiasati dengan menambah oncom supaya menjadi banyak.Oncom itu sendiri merupakan makanan khas jawa barat yang terbuat dari sisa pembuatan tahu yang difrementasikan dengan kapang neurospora sitophila.Walaupun oncom merupakan makanan yang terbuat dari ‘limbah’ tapi mengandung unsur gizi yang cukup baik.
Nah bagi kompasianer yang sedang mengunjungi kota Tasik,menurut saya tak sah kunjungan itu bila anda tak menikmati nasi TO ini.

Soto Laju Inflasi

TRIBUNNEWS.COM - Penurunan harga beras pada Maret 2012, berhasil menekan angka Indeks Harga Konsumen atau inflasi Kota Yogyakarta. Meski begitu, permintaan terhadap makanan Soto Ayam yang makin meningkat, membuat laju inflasi pada Maret lalu, di kota ini menjadi yang tertinggi di Pula Jawa. Badan Pusat Statistik (BPS) DIY melansir, angka inflasi Kota Yogyakarta Maret mencapai 0,36 persen. "Selama Maret ini harga beras turun 2,14 persen," ujar Kepala BPS DIY, Wien Kudiatmono, di Kantor BPS DIY, Senin (2/4/2012). Angka inflasi Kota Yogyakarta pada Maret 2012 yang mencapai 0,36 persen, menjadi yang tertinggi di antara kota-kota di Pulau Jawa. Wien mengatakan, dari 23 kota, terdapat 13 Kota yang mengalami kenaikan angka inflasi, sedangkan sisanya mengalami deflasi. "Untuk kesekian kalinya, Kota Yogyakarta tercatat mengalami inflasi tertinggi di Pulau Jawa," ujarnya. Ia mengatakan, inflasi terendah dialami Kota Malang dengan IHK 0,01 persen. Sementara inflasi tertinggi di Indonesia masih terjadi di Kota Ambon pada angka 1,33 persen. Sekalipun mengalami inflasi tertinggi di Pulau Jawa, Peneliti Madya Senior Bank Indonesia, Djoko Raharto menilai, laju inflasi tahun kalender 2012 masih terbilang rendah. Dari persentase perubahan IHK Maret 2012 terhadap Desember 2011, laju inflasi Kota Yogyakarta mencapai 0,71 persen. "Ini masih rendah dari Kota Semarang, Surabaya, Purwokerto bahkan nasional," ungkapnya pada kesempatan yang sama. Beruntung, pada Maret 2012 lalu, harga beras mengalami penurunan, sehingga bisa menahan laju inflasi di Kota Gudeg ini. Menurut Wien, panen raya yang terjadi di banyak tempat di DIY dan sekitarnya, membuat stok beras di tingkat petani maupun penjual pun berlimpah. Walhasil, harganya pun dapat ditekan, di tengah rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). "Penurunan harga beras ini memberikan andil terbesar, yakni -0,09 persen dalam menekan inflasi Maret ini," katanya. Penurunan harga beras ini juga diakui Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre DIY, Darsono Imam Yuwono. Menurutnya, harga beras ini turun karena yakni panen raya dan pelaksanaan Operasi Pasar (OP) beras yang dilakukan Februari-Maret silam. "Keadaan beras yang sudah membaik ini membuat kami sudah bisa menyerap kembali beras petani," katanya pada kesempatan yang sama. Selain beras, Wien menjelaskan, beberapa komoditas yang turut menakan inflasi Kota Yogyakarta pada Maret 2012 ini, masing-masing telur ayam, tomat sayur dan wortel, yang menyumbang persentase -0,02 persen; serta kol, jeruk, melinjo, tomat buah dan sawi hijau, menyumoang -0,01 persen. Sedangkan komoditas yang mendorong inflasi, antara lain soto ayam, yang menyumbang 0,09 persen. Berdasarkan temuan BPS, konsumsi masyarakat terhadap makanan yang satu ini semakin meningkat, meski harga per porsi tidak mengalami peningkatan. Sedangkan cabe rawit dan nangka muda, menyumbang persentase 0,04 persen; bawang putih dan cabai merah 0,03 persen; serta besi beton, bayam, dan genteng, 0,02 persen. Ia menjelaskan, selama Maret 2012 ini sempat terjadi kenaikan harga beberapa komoditas. Kenaikan harga yang paling tinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yang mencapai 0,49 persen, dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,78 persen. (*)

Kenaikan BBM

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, pemerintah tidak akan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi per 1 April 2012 nanti. Menaikkan harga BBM, katanya, merupakan jalan terakhir yang akan dipilih jika tidak ada lagi solusi lebih baik.
Hal tersebut disampaikan Yudhoyono dalam jumpa pers yang dilakukan di Istana Negara, Jakarta, Sabtu (31/3/2012). Jumpa pers seusai rapat kabinet itu dihadiri para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II dan pejabat setingkat menteri.
"Rakyat Indonesia tahu, walau sejak Oktober 2011, harga BBM terus melonjak, tapi sampai sekarang, pemerintah belum menaikkan harga karena pemerintah terus berupaya mencari cari solusi lain, manakala solusi itu dapat ditemukan," kata Yudhoyono.
Pemerintah, katanya, akan terus mencermati perkembangan harga minyak dunia dalam menentukan apakah akan menyesuaikan harga BBM atau akan bertahan dengan harga BBM yang ada. Sesuai dengan aturan baru dalam APBN-Perubahan yang diputuskan melalui rapat paripurna DPR, Jumat (30/3/2012) hingga Sabtu (31/3/2012), jika ada lonjakan harga minyak pada bulan-bulan mendatang, pemerintah berkewajiban mengkaji ulang harga BBM yang ada.
"Kita tarik mundur dalam 6 bulan terakhir, dan apakah sudah diperlukan untuk naikkan harga BBM atau belum, atau tidak perlu ada kenaikan harga itu. Pemerintah akan terus taat asas dan hormati undang-undang yang berlaku," katanya.
Dalam rapat paripurna DPR yang berakhir Sabtu dini hari tersebut, disepakati penambahan ayat 6a dalam pasal 7 Undang-Undang No.22 Tahun 2011 tentang APBN 2012. Makna pasal tujuh beserta ayat tambahannya tersebut adalah, pemerintah berwenang menyesuaikan harga BBM manakala ada perubahan 15 persen atau lebih rata-rata selama enam bulan terakhir terhadap ICP.
Pemerintah juga diberikan kewenangan untuk menetapkan kebijakan pendukung sebagai respon dari penyesuaian harga BBM tersebut. Yudhoyono mengatakan, sebagai presiden yang pernah menaikan maupun menurunkan harga BBM, dirinya mengetahui dampak kenaikan harga BBM terhadap masyarakat.
Selama delapan tahun memerintah, Yudhoyono tiga kali menaikkan harga BBM dan tiga kali pula menurunkannya. Dia mengatakan, menaikkan harga BBM bukanlah suatu kebijakan yang baru. Hal itu juga dilakukan pemerintah-pemerintah sebelumnya.
Berdasarkan catatan, sejak Indonesia merdeka, kata Presiden, pemerintah 38 kali menaikkan harga BBM. "Di era reformasi, tujuh kali, termasuk di saat Presiden Gus Dur dan Megawati," katanya.
Meskipun demikian, menurut Yudhoyono, kenaikan harga BBM dilakukan demi menyelamatkan ekonomi nasional. Kemudian jika kenaikan BBM itu diputuskan, maka pasti ada bantuan dan perlindungan para rakyat miskin atau yang berpenghasilan rendah.
"Dengan penjelasan ini, terikat pula dengan ketentuan pasal 6 ayat a, dengan sendirinya tidak ada kenaikan pada 1 April," tegas Yudhoyono.